Selasa, 29 Juli 2008

Durian Pos Pengumben

Nah ini dia tempat favorit aku dan teman2 kantorku kalau sedang kepingin makan durian. Namanya Resto Duren Harum. Lokasinya nggak terlalu jauh dari kantorku, tepatnya di Jalan Raya Panjang Nomor 29, Simpang Empat Pos Pengumben. Kalau kami sudah kepingin, langsung aja kami menuju lokasi. Ada bermacam-macam durian di resto itu, tapi yang paling banyak adalah durian monthong. Tapi yang kami kejar bukan durian monthong, tapi durian kanyao. Wah maknyussss rasanya. Bentuknya hampir sama dengan monthong, tapi warnanya lebih kuning tua, rasanya lebih legit dan manis. Kalahlah monthong. Ada lagi yang kita suka, yaitu durian Medan. Yang ini lokal punya, tapi teuteup lebih enak daripada monthong.
O iya. Kalau teman2 mau ke resto ini, lebih baik ditelepon dulu buat mastiin ada durian apa aja. Kecuali kalau teman2 suka sama monthong ya langsung aja ke sana. Rasa durian disana enak semua kok apabila dibandingin durian yang dijual di tempat lain. Kita tinggal minta dipilihin oleh pelayan disana, dijamin pasti puas.
Silakan dicoba. Kalau mau menghubungi bisa lewat nomor 53651249.
Wass.

Senin, 28 Juli 2008

10 AMALAN YANG TERBALIK

Kadang kita dapati amalan kita terbalik atau bertentangan dng apa yang sepatutnya dilakukan & dituntut oleh Islam. Mungkin kita tidak sadar atau ikut-ikutan dng budaya hidup orang lain.

Contoh amalan yang terbalik :

1. Amalan Selamatan/kenduri beberapa malam setelah saudara/keluarga/ tetangga kita meninggal (malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh dan seterusnya) adalah terbalik dng yang dianjurkan oleh Rosulullah SAW dimana Rosulullah telah menganjurkan tetangga memasak makanan/minuman untuk keluarga yang berduka guna meringankan kesedihan & kesusahan mereka. Keluarga yang telah ditimpa kesedihan tersebut terpaksa menyediakan makanan & membeli segala sesuatu untuk mereka yang datang membaca Tahlil/do'a & mengaji. Tidakkah mereka yang hadir & makan tersebut tidak khawatir termakan harta anak yatim yang ditinggalkan oleh si mati atau harta peninggalan si mati yang belum dibagikan kepada yang berhak menurut Islam ?

2. Kalau datang ke resepsi/pesta pernikahan/khitanan selalu berisi hadiah/uang waktu bersalaman. Kalau tidak ada uang maka kita segan untuk pergi. Tetapi kalau mendatangi tempat orang meninggal. kita tidak malu untuk salaman tanpa isi/uang. Sepatutnya pada saat kita mendatangi tempat orang meninggallah kita seharusnya memberi sedekah. Sebenarnya jika ke Resepsi/pesta pernikahan/khitanan , tidak memberipun tidak apa-apa karena tuan rumah yang mengundang untuk memberi restu kepada mempelai & makan bukan untuk menambah pendapatannya.

3. Ketika datang ke sebuah gedung/rumah mewah atau menghadiri rapat dng pejabat, kita berpakaian bagus, rapi & indah tapi bila menghadap Allah baik di rumah maupun di Mesjid, pakaian yang dipakai adalah pakaian seadanya. Tidakkah ini suatu perbuatan yang terbalik ?

4. Kalau bertamu ke rumah orang diberi kue/minum, kita merasa malu untuk makan sampai habis, padahal yang dituntut adalah jika hidangan tidak dimakan akan menjadi mubazir dan tidak menyenangkan tuan rumah.

5. Kalau Sholat Sunnah di Mesjid sangat rajin tapi kalau di rumah, malas. Sedangkan sebaik-baik Sholat Sunnah adalah yang dilakukan di rumah seperti yang dianjurkan oleh Rosulullah SAW untuk menghindari rasa riya'/pamer.

6. Bulan Puasa adalah bulan mendidik nafsu termasuk nafsu makan yang berlebihan tetapi kebanyakan orang mengaku bahwa biaya makan dan belanja di bulan puasa adalah yang tertinggi dalam setahun. Padahal seharusnya yang terendah. Bukankah terbalik amalan kita ?

7. Kalau untuk menjalankan ibadah haji, sebelum berangkat, banyak orang mengadakan Selamatan/do' a bersama tetapi setelah kembali dari Haji, tidak ada do'a bersama untuk bersyukur. Anjuran do'a bersama/selamatan dalam Islam diantaranya adalah karena selamat dari bermusafir/perjalan an jauh bukan karena akan bermusafir. Bukankah amalan ini terbalik ?

8. Semua orang tua akan kecewa jika anak-anaknya gagal dalam ujian. Maka dicari & diantarlah anak-anak ke tempat kursus walau dengan biaya tinggi. Tapi kalau anak tidak dapat membaca Al-Qur'an, mereka tidak berusaha mencari/mengantar anak-anak ketempat kursus baca Al-Qur'an atau kursus pelajaran Islam. Kalau guru kursus sanggup dibayar sebulan Rp.300.000,00 perbulan untuk satu pelajaran dan 8 kali pertemuan saja, tapi kepada Ustadz yang mengajarkan mengaji hanya Rp.100.000,00 perbulan untuk 20 kali pertemuan. Bukankah terbalik amalan kita ? Kita sepatutnya lebih malu jika anak tidak dapat baca Al-Qur'am atau Sholat dari pada tidak lulus ujian.

9. Siang-malam, panas-hujan badai, pagi-petang kita bekerja mengejar rezeki Allah dan mematuhi peraturan kerja. Tapi ke rumah Allah (Mesjid) tidak hujan tidak panas, tidak siang, tidak malam tetap tidak datang ke Mesjid. Sungguh tidak tahu malu manusia begini, rezeki Allah diminta tapi untuk mampir ke rumahNya segan dan malas.

10. Seorang isteri kalau mau keluar rumah dengan suami atau tidak, berhias secantik mungkin. Tapi kalau di rumah....??? Sedangkan yang dituntut seorang isteri itu berhias untuk suaminya bukan untuk orang lain. Perbuatan amalan yang terbalik ini membuat rumah tangga kurang bahagia.

Cukup dengan contoh-contoh di atas, Marilah kita berlapang dada menerima hakikat sebenarnya. Marilah kita beralih kepada kebenaran agar hidup kita menurut landasan dan ajaran Islam yang sebenarnya bukan yang digubah mengikuti selera kita. Allah yang menciptakan kita, maka biarlah Allah yang menentukan peraturan hidup kita.
Sabda Rosulullah SAW : "Sampaikanlah pesan-KU walau hanya satu ayat".
(Riwayat Bukhari).

ISLAM ADALAH RAHMATAN LIL'ALAMIIN
HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHIED
KEEP UKHUWAH, SMILE AND ISTIQOMAH... ......... .....(dari email teman)

KENYATAAN HIDUP DI BALIK PERMAINAN INI.

Seorang ibu guru sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pensil. Ibu guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pensil. Jika saya angkat kapur ini, maka berkatalah "Kapur!", jika saya angkat pensil ini, maka berkatalah "Pensil!". Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pensil!", jika saya angkat pensil, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan waktu.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang susah, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham guru..."
"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.
"Ini ada Qur'an, saya akan meletakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa menginjak karpet?". Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain. Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.

"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. ..Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-nginjak anda dengan terang-terang. ..Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar. "Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibuatlah pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, Lemari dikeluarkan dulu satu persatu, baru rumah dirobohkankan. .."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mempengaruhi anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang menginjak-nginjak, bu?" tanya
murid- murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..." Matahari bersinar terik takala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...

RENUNGILAH SAHABAT SEMUA.. (dari email seorang teman)